Kenalan dengan diri sendiri

Kenalan dengan Diri Sendiri
Sudah kenalkah anda dengan diri anda sendiri? Apa maksudnya ini!??

Tiba-tiba terbesit dalam benak saya untuk membahas sesuatu hal yang sempat menjadi konflik atau pergulatan hati di dalam diri saya sendiri, untuk mencurahkannya dalam bentuk tulisan. Walaupun ‘konflik’ ini sudah lama saya rasakan, namun baru kali ini saya sempat untuk meresmikannya menjadi sebuah tulisan.

Dalam perjalanan kehidupan dan pergaulan sehari-hari, kita sering menemukan banyak sekali orang yang tidak puas dengan dirinya sendiri. Kebanyakan orang, malah ingin menjadi seperti orang lain. Entah karena mereka tidak puas dengan dirinya sendiri, atau mungkin terpaksakan oleh kondisi dan situasi yang ada.

Kalau dihubungkan dengan teori dalam ilmu psikologi yang pernah saya baca (sayangnya saya lupa buku apa) hal ini berhubungan dengan Teori Modeling. Manusia/orang-orang yang berusia dari ‘Baligh’ hingga dewasa, akan cenderung mencontoh orang lain demi mencapai tujuannya.
Lalu, kenapa harus menjadi orang lain?  Apakah diri kita tidak bisa seperti orang lain itu?
Mungkin orang-orang yang ingin menjadi orang lain itu, terlalu pasrah dengan dirinya sendiri. Atau mungkin mereka belum kenal siapa dirinya sendiri, yaitu mengenal Jati Diri-nya sendiri. 
Jika kita ingin mengenal suatu benda hidup/mati, mau tidak mau kita akan mencari tau apa benda itu, seperti apa bentuknya, terbuat dari apa, dan apa kegunaannya?. Setelah mengetahui segala tentang itu, barulah bisa dikatakan kita sudah mengenalnya.


Jadi, Apa sih artinya ‘Jati Diri’?

Jati diri menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu; 1) ciri-ciri, gambaran, atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda, identitas. 2) inti, jiwa, semangat, dan daya gerak dari dalam; spiritualitas.

Dari penjelasan kamus besar bahasa Indonesia di atas, masih belum terbayang dengan jelas mengenai jati diri yang sesungguhnya. Jati diri bukan suatu benda nyata, maka dari itu kita sulit untuk mengenal seutuhnya.

Saya menganalogikan jati diri itu seperti tanah liat dan pasir besi. Tanah liat bisa dibentuk menjadi berbagai macam alat/benda, yang tentunya tetap saja berbahan dasar tanah liat. Apabila tanah liat itu dibentuk menjadi sebuah pisau, apa mungkin pisau itu akan berguna sesuai dengan fungsinya?. Memang benda itu bisa dikatakan sebagai sebuah ‘pisau’, karena memang bentuknya yang seperti pisau. Namun apakah pisau yang terbuat dari tanah liat itu bisa digunakan untuk memotong sesuatu? Apakah pisau itu akan bertahan lama? Dan apakah pisau itu tidak akan retak?




Lain halnya apabila kita membentuk sebuah pisau dari pasir besi. Maka pisau tersebut akan kuat untuk memotong sesuatu dan akan bertahan lama, serta tidak akan mudah retak. Itu karena bahan dasar dari alat/benda tersebut memang pantas dan cocok untuk dijadikan sebuah pisau.

Analogi tanah liat dan pasir besi ini, merupakan suatu gambaran jati diri seseorang, atau bentuk dasar dari diri. Apa jati diri kita? Apabila jati diri kita seperti tanah liat, maka bentuklah tanah liat tersebut tanpa melebihi kemampuan/fungsi dari tanah liat tersebut. Setiap bahan dasar itu memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, semuanya berbeda dan memiliki keistimewaan sendiri. Maka dari itu tidak perlu menjadi seperti orang lain, mungkin bahan dasar kita berbeda dengan orang lain itu.

Lalu apabila kita telah mengenali bentuk dasar dari diri sendiri, hal selanjutnya yang harus kita lakukan ialah mengaplikasikan jati diri kita. Mau jadi apa? dan Untuk apa kita hidup?

0 comments:

Post a Comment

ShareThis